Media setempat melaporkan bahwa tim nasional Australia juga menggunakan para pemain luar negeri yang dapat dinaftakan sebagai warga negara, mirip dengan strategi tim nasional Indonesia.
Federasi Sepak Bola Australia tampaknya menggunakan metode serupa dengan PSSI dalam rangka memperkuat timnas mereka.
PSSI meningkatkan kualitas tim nasional Indonesia dengan merekrut pemain berketurunan yang tumbuh dan berkembang di liga-liga Eropa.
Dari 30 pemain yang dipilih oleh Patrick Kluivert selama jeda internasional ini, baru 11 orang saja yang merupakan hasil pengembangan dari dalam klub.
Selebihnya terdiri dari 19 pemain berdarah campuran yang menerima pelatihan sepak bola mereka di Belanda, Belgia, Spanyol, hingga Italia.
Media Australia, Sydney Morning Herald, mengangkat perhatian terhadap fenomena tersebut.
“Hari di mana tim Garuda terpilih hanya dengan mempertimbangkan pemain dari liga domestik sudah tak akan datang lagi,” demikian tulis SMH pada artikelnya hari ini.
Pasukan yang bertanding di Sydney besok mungkin akan melibatkan para pemain dari tim-tim seperti Wolverhampton, Swansea, Utrecht, Twente, Venezia, Palermo, dan Copenhagen.
Tim yang mendapat suntikan pemain naturalisasi sampai saat ini mampu mengantarkan Indonesia bermain dengan baik dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Tim Garuda meraih enam poin sehingga menduduki posisi ketiga di Grup C, tertinggal satu poin dari Australia.
Sama seperti itu, media menyatakan bahwa tindakan PSSI ini juga diambil oleh tim Socceroos mulai dari masa kepelatihan Graham Arnold hingga Ange Postecoglou.
“Bila ingin bersikap adil, naturalisasi merupakan strategi serupa dengan apa yang dilakukan mantan pelatih Graham Arnold,” demikian ditulis SMH kembali.
Utk merekrut Harry Souttar, Martin Boyle, serta Jason Cummings, mereka semua adalah warga Skotlandia dgn latar belakang Australia.
Sementara itu, sebelumnya Ange Postecoglou pernah melakukan hal serupa dengan penyerang asal Yunani bernama Apostolos Giannou.
Dari keempat nama itu, cuma Martin Boyle saja yang diundang oleh sang pelatih Tony Popovic.
Boyle bahkan hingga kini masih merumput di Liga Skolandia bersama Hibernian.
Apabila ingin ditingkatkan, negara-negara ASEAN seperti Filipina dan Malaysia pun telah melakukan hal serupa.
Pada tingkat tertinggi, semifinalis Piala Dunia 2022, Maroko, juga memilih banyak pemain dengan latar belakang imigran yang dilatih di berbagai negara Eropa.
Maka seharusnya tidak ada pihak yang masih mengkritik proses naturalisasi demi memperkokoh skuad timnas?
