Konflik Perbatasan Thailand dan Kamboja Memunculkan Kekerasan yang Menyedihkan
Konflik antara Thailand dan Kamboja kembali memicu ketegangan yang berujung pada pertempuran bersenjata. Insiden ini menjadi yang paling mematikan dalam lebih dari satu dekade terakhir, dengan ribuan warga terpaksa mengungsi dan puluhan korban jiwa. Kedua negara saling menyalahkan atas kejadian tersebut, sementara dunia internasional mulai memperhatikan situasi yang semakin memburuk.
Pertempuran Meletus dan Korban Jiwa Berjatuhan
Pertempuran antara pasukan militer Thailand dan Kamboja terjadi di sekitar kuil Prasat Ta Moan Thom. Informasi terbaru menyebutkan bahwa sedikitnya 32 orang tewas, sebagian besar dari kalangan warga sipil. Pihak Thailand melaporkan 19 korban jiwa, termasuk seorang anak, sementara Kamboja menyebutkan 13 orang meninggal. Lebih dari 130 orang terluka dalam peristiwa ini, sehingga memicu evakuasi massal di wilayah perbatasan.
Tuduhan Saling Serang dan Serangan Udara Thailand
Thailand menuduh Kamboja memulai serangan dengan menembakkan roket ke pos militer dan pemukiman penduduk. Sebagai respons, militer Thailand melakukan serangan udara menggunakan enam pesawat tempur F-16. Mereka mengklaim bahwa serangan ini berhasil menghancurkan dua target militer Kamboja. Namun, pihak Kamboja membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa mereka hanya bertindak untuk membela diri setelah adanya provokasi dari Thailand.
Penutupan Perbatasan dan Krisis Pengungsi
Thailand mengumumkan status darurat militer di delapan distrik dan menutup semua jalur perbatasan dengan Kamboja. Lebih dari 138.000 warga Thailand dievakuasi, termasuk pasien rumah sakit. Di sisi lain, lebih dari 20.000 warga Kamboja mengungsi dari provinsi Preah Vihear. Pemerintah kedua negara telah menyiapkan ratusan tempat penampungan darurat bagi para pengungsi.
Ketegangan Diplomatik dan Respons Internasional
Ketegangan diplomatik antara Thailand dan Kamboja semakin memburuk, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan atas pelanggaran wilayah. Kamboja mengajukan permintaan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, menuduh Thailand melanggar hukum internasional. Amerika Serikat dan Tiongkok menyampaikan kekhawatiran mereka dan meminta kedua pihak untuk menahan diri. ASEAN, melalui Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, berupaya keras untuk menjadi mediator dalam konflik ini.
Sejarah Sengketa dan Ketegangan yang Terakumulasi
Sengketa wilayah antara Thailand dan Kamboja bermula dari demarkasi kolonial tahun 1907. Meskipun Mahkamah Internasional memutuskan bahwa sebagian wilayah yang disengketakan dimiliki oleh Kamboja, masih ada area yang belum terselesaikan. Insiden serupa terjadi pada 2011 di sekitar kuil Preah Vihear, yang menewaskan puluhan orang. Kini, keterlibatan jet tempur menandai eskalasi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah konflik kedua negara.







