Indonesia Mengirim Delegasi ke COP 30 dengan Jumlah yang Lebih Sedikit
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan bahwa Indonesia akan mengirimkan delegasi sebanyak 450 orang untuk menghadiri Conference of the Parties (COP) 30, konferensi perubahan iklim PBB (UNFCCC) yang akan berlangsung di Belém, Brasil. Delegasi ini jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah peserta yang hadir di COP 29 di Azerbaijan pada tahun 2024.
“Pada saat itu, jumlah delegasi Indonesia mencapai lebih dari 1.200 orang,” ujar Hanif dalam sebuah acara di The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta, Rabu, 29 Oktober 2025. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar anggota delegasi berasal dari lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan. Sementara itu, selain Menteri Lingkungan Hidup, dua menteri lainnya yang hadir adalah Menteri Kehutanan dan Menteri Kelautan dan Perikanan.
Delegasi Indonesia akan bertolak ke Brasil pada 2 November 2025. Hanif menilai COP 30 sebagai momentum penting untuk mempercepat aksi nyata menghadapi krisis iklim. Saat ini, dunia tengah menghadapi tiga krisis utama, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, serta krisis polusi dan limbah.
Berbagai Sesi Diplomasi Akan Digelar
Dalam COP 30 yang akan berlangsung pada 10-21 November nanti, akan ada berbagai sesi diplomasi antara pejabat negara, perusahaan, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Selain itu, juga akan diadakan pertemuan antara pihak penjual dan pembeli karbon.
“Perdagangan karbon di Indonesia saat ini memasuki fase pengembangan dengan dukungan regulasi dan target transaksi yang sangat besar,” kata Hanif.
Ia menambahkan bahwa COP 30 kali ini juga menjadi peringatan 10 tahun Perjanjian Paris, yang merupakan komitmen global untuk membatasi peningkatan suhu rata-rata global di bawah 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Namun, meskipun banyak aksi iklim telah dilakukan, kenaikan suhu global belum berhasil dibatasi.
Dokumen Second NDC Dikirim ke UNFCCC
Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusimo menyampaikan bahwa pemerintah telah mengirimkan dokumen Second Nationally Determined Contribution (NDC) ke UNFCCC. Dokumen tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia turut serta dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
“Second NDC ini adalah hasil dari kompromi, tidak semua pihak bisa menang sendiri. Di sini kita menguji apa yang dilakukan pemerintah dalam menampung aspirasi berbagai pihak,” ujarnya.
Dalam dokumen NDC ke-2 yang berlaku untuk periode 2031-2035, pemerintah menetapkan target emisi gas rumah kaca melalui dua skenario, yakni low ambition dan high ambition, tergantung tingkat pertumbuhan ekonomi.
Pada skenario low ambition, pertumbuhan ekonomi diharapkan mencapai 6,0 persen pada 2030 dan 6,7 persen pada 2035. Sementara itu, skenario high ambition mengasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029.
Model skenario emisi menggunakan level emisi 2019 sebagai patokan (tahun referensi), yaitu sebesar 1.145.036,69 ton CO2e. Hasil perhitungannya menunjukkan bahwa pada skenario low ambition, emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2030 sebesar 1.345.706,59 ton dan 2035 sebesar 1.257.717,38 ton. Sementara itu, pada skenario high ambition, emisi sebesar 1.491.473,99 pada 2030 dan sebesar 1.488.865,59 pada 2035.
Target-target tersebut diyakini masih kompatibel dengan target Perjanjian Paris dan tidak ada kemunduran dari target Enhanced NDC (2022-2030). Berdasarkan komitmen kontribusi nasional sebelumnya, pengurangan emisi gas rumah kaca pada 2030 sebesar 31,89 persen (dengan upaya sendiri) dan 43,20 persen (dengan dukungan internasional). Angka 31,89 persen setara dengan emisi sebesar 1,7 Giga Ton CO2e.







