JABARMEDIA – Ide besar Presiden pertama RI Soekarno mengenai kemerdekaan dan keadilan global kembali terdengar dalam acara “Sukarno and The Making of The News World” di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (22/10). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Sejarah Indonesia DPPPDIPbekerja sama dengan Historia.ID menghadirkan sejarawan asal Belgia, David Van Reybrouck, pengarang buku “Revolusi Indonesia and the Birth of the Modern World”.
Di awal pidatonya, Anggota DPR RI Bonnie Triyana menekankan pentingnya mengikuti kembali pemikiran Soekarno yang menolak segala bentuk penindasan. “Bung Karno percaya bahwa kemerdekaan yang sebenarnya belum tercapai jika masih ada penjajahan satu bangsa terhadap bangsa lain. Dari keyakinan inilah muncul semangat Bandung,” kata Bonnie.
Menurut Bonnie, Soekarno memainkan peran utama dalam mengumpulkan bangsa-bangsa Asia dan Afrika melalui Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung. Indonesia pada masa Soekarno tidak hanya menjadi simbol kemerdekaan politik, tetapi juga pusat moral dari gerakan anti-kolonial global.
“Semangat internasionalisme Bung Karno mencerminkan kemanusiaan yang universal, yang kini mulai menghilang,” katanya.
Di sisi lain, David Van Reybrouck dalam kuliah umumnya menyebut Konferensi Bandung sebagai momen penting yang mengubah wajah dunia.
“Bandung merupakan momen luar biasa. Di tempat itu, dunia ketiga muncul sebagai kekuatan moral yang baru. Namun, harapan Bandung hanya bertahan sementara dan hancur pada tahun 1965, seiring perubahan politik global dan campur tangan negara-negara besar,” kata David.
David menjelaskan, salah satu warisan yang penting dari KAA adalah perubahan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Tahun 1960 dikenal sebagai Tahun Afrika, di mana 18 negara merdeka dan sebagian besar di antaranya merupakan peserta Konferensi Bandung. Hal ini menunjukkan pengaruh besar Indonesia dan Soekarno terhadap tatanan dunia yang baru,” katanya.
Dalam sesi tanya jawab, ketika ditanyakan pendapatnya tentang Soeharto yang dianggap sebagai pahlawan nasional, David memberikan jawaban yang penuh sindiran. “Jika Anda bertanya apakah saya menganggap Soeharto sebagai seorang pahlawan nasional, bagi saya, itu seperti melihat Donald Trump sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian,” katanya yang diiringi tawa dan tepuk tangan dari peserta.
Acara ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto, Wakil Gubernur DKI Rano Karno, beberapa anggota DPR RI dari fraksi PDIP, yaitu Gunawan Mohamad, Wardiman Djojonegoro, Halidah Hatta, Sukmawati Soekarno, serta perwakilan diplomatik dari Belanda dan Belgia.







