Musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan di sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon ternyata dapat memunculkan aktivitas baru bagi masyarakat.Mereka selalu antre air.
Hampir setiap pagi di titik tertentu,para warga ini mengantre untuk mendapatkan air bersih. Kegiatan baru itu bahkan dapat menyingkirkan kepentingan warga seharihari, seperti bekerja.Di Desa Kapetakan,Kecamatan Kapetakan.Sejak beberapa minggu belakangan ini,warga selalu berkumpul di satu titik demi mendapat pasokan air bersih.Mereka terpaksa merelakan waktunya untuk mengantre dan terkadang merogoh kocek demi air akibat sumur mereka mengering.
Setiap pagi,ember,jerigen, gentong,hingga botol, menjadi bawaan wajib para warga sekitar saat mengantri. Ketika mobil tangki yang memuat air bersih datang, mereka akan segera menghampiri.Sejumlah warga mengakui,air kini menjadi prioritas mereka dalam keseharian. Salah seorang waga, Wahidin,45,mengatakan, sengaja menunda keberangkatannya ke ladang hanya demi mengantri air. Menurut dia,jika telat mengantre saja keluarganya bisa-bisa tak mendapatkan air bersih dan mereka akan dengan terpaksa mengonsumsi air kotor.
“Jangankan ke sawah, untuk beli makan saja bisa kami tunda demi mendapat air bersih.Kalau terlambat datang ke antrean air,kami bisa tidak mendapat air bersih,jadi nanti harus pakai air kotor dari kubangan sungai,”kata dia saat mengantre air kemarin. Dia mengaku,kekeringan yang terjadi di wilayahnya sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir.Warga sendiri membutuhkan air bersih untuk minum,mencuci, hingga mandi.Sebenarnya, selama ini warga mengandalkan air dari sumur-sumur yang ada di tiap wilayah RT. Namun,akibat kemarau sumur pun kering,ditambah jumlah sumur yang terbatas.
Rata-rata,lanjut dia,setiap RT hanya ada dua atau tiga sumur saja.Karenanya,warga terpaksa membeli air. Informasi air bersih selama ini diperoleh warga dari mulut ke mulut.Terkadang ada mobil tangki air dari PDAM Kabupaten Cirebon,namun intensitas kunjungannya tidak pasti.Sehingga warga kadang terpaksa membeli air dari penjual air keliling. “Rata-rata air bersih di sini harganya Rp1.500-Rp2.000 per jerigen.Saya sendiri kadang beli Rp10.000 atau Rp20.000 tergantung kebutuhan hari itu.Kadang saya simpan untuk persediaan ketika tidak ada uang dan tidak bisa beli air,”tambah ayah lima anak ini.
Sementara itu,kekeringan juga melanda sumur-sumur warga di sejumlah kelurahan di Kota Cirebon,salah satunya di Kelurahan Argasunya,Kecamatan Harjamukti.Akibatnya, warga terpaksa mengurangi intensitas mandi dalam sehari. Salah seorang warga,Inah, 53,warga Cibogo,Kelurahan Argasunya menyebutkan, aktivitas mencucinya belakangan terganggu akibat ketiadaan air.Sebenarnya,air sumur yang dimiliki Inah tidak kering sepenuhnya.Hanya saja,airnya sudah bercampur lumpur.
“Soalnya airnya sudah sampai di dasar sumur.Kalau mau dipakai,harus diambil sedikit demi sedikit dan diendapkan dulu lumpurnya. Itu tidak cukup untuk mandi apalagi mencuci.Paling saya ambil untuk dimasak dan diminum sekeluarga,”tutur dia.
Sumber : www.seputar-indonesia.com