Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat menganggap bencana banjir dan longsor yang terjadi di beberapa daerah barulah sebuah permulaan. Rentetan banjir dan longsor pada Senin (19/11) lalu diprediksi akan terus berlanjut seiring mulai meratanya musim hujan di Jabar. Kepala BPBD Jabar Udjwalaprana Sigit menjelaskan, hujan bakal mengguyur seluruh wilayah Jabar pada minggu ketiga bulan ini dan intensitasnya terus meningkat hingga tiga bulan ke depan.
Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan tingkat kerawanan bencana semakin besar. “Ini baru permulaan, bencana diperkirakan terus terjadi.Karena itu, masyarakat harus selalu waspada,”ujar Sigit,kemarin. Selain mengimbau masyarakat, dia berharap kesiapsiagaan jajaran pemerintah kota dan kabupaten dalam menangani tanggap darurat bencana. Menurutnya, banjir dan longsor di daerah masih dalam batas normal jika dikaitkan dengan curah hujan yang terjadi belakangan ini. BPBD belum menerapkan status siaga darurat bencana.
“Status Jabar masih siaga bencana,” ucapnya. BPBD Jabar telah memberikan instruksi kepada setiap BPBD tingkat kota dan kabupaten untuk selalu siaga bencana. Sebagian besar petugas BPBD Jabar telah diperbantukan ke sejumlah daerah yang terkena bencana. Sigit mengatakan, banjir di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, lebih banyak disebabkan pola pembangunan yang tidak seimbang. Menjamurnya pembangunan perumahan di kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir menjadi penyebab utama banjir Soreang.
“Daya serap air yang makin menurun akibat minimnya lahan serapan dan buruknya drainase membuat air meluap,”imbuhnya. Kondisi tanah yang masih labil menyebabkan longsor susulan di Jalan Raya Soreang-Ciwidey, Kampung Sungapan, Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, kemarin.Akibatnya, jalur Soreang- Ciwidey kembali terputus sekitar satu jam.Kendaraan dari dua arah mengalami kemacetan hingga 500 meter.
Kendaraan yang hendak melintasi area longsor kembali diputarbalikkan oleh petugas kepolisian di radius 100 meter baik untuk kendaraan dari Soreang menuju Ciwidey maupun sebaliknya. Longsor susulan ini akibat lokasi tersebut diguyur hujan deras. Alat berat kembali dikerahkan di lokasi untuk membersihkan longsoran yang menutupi jalan. Berdasarkan pantauan, longsor berupa material tanah terus turun ke badan jalan secara perlahan akibat hujan deras selama setengah jam.
Terlebih lagi dari bekas longsoran tersebut timbul beberapa titik mata air yang semakin menggemburkan tanah perbukitan. Sejumlah petugas BPBD Jabar, kepolisian, dan TNI berusaha membersihkan jalan sesegera mungkin. Puluhan korban banjir di RW 13 Kompleks Perumahan Cingcin Permata Indah (CPI), Desa Cingcin,Kecamatan Soreang, mulai mengeluhkan gatal- gatal.Ketua RW 13 Rahmat Setiawan mengatakan, pihaknya memerlukan obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan karena korban banjir mulai terserang gatal-gatal.
“Kami harap pemerintah daerah segera mendistribusikan obat-obatan,” ujarnya. Ratusan relawan dan instansi berbondong-bondong memberikan bantuan logistik dan perlengkapan untuk para korban banjir di CPI. Dapur umum mulai didirikan di posko banjir setempat. Namun, dia menyayangkan sikap pengembang perumahan yang tidak peduli atas musibah banjir yang menimpa warga kompleks. Hingga kemarin, masih banyak siswa yang tidak bisa sekolah karena perlengkapan sekolah mereka kebanjiran.
Bahkan, PNS Pemkab Bandung terpaksa meminta izin kepada pimpinannya akibat rumahnya kebanjiran. “Kalau izin boleh saja karena memang situasinya kurang memungkinkan,” kata Sekda Kabupaten Bandung Sofian Sulaeman. Warga korban banjir, Nani Sumarni mengatakan, banjir terparah kali ini menimbulkan trauma bagi anak-anak dan warga lainnya.“Anak-anak tidak bisa sekolah karena bukubuku, seragam habis terendam.
Anak-anak juga mengalami trauma,”ucapnya. Hujan deras yang mengguyur wilayah Cianjur selatan mengakibatkan tebing Cadas Hideung setinggi 30 meter di Kampung Cadas Hideung, Desa Sindangkerta,Kecamatan Pagelaran,Kabupaten Cianjur, longsor.Tidak ada korban jiwa, namun arus lalu lintas menuju Cidaun maupun Cianjur sempat tertutup. Longsor terjadi pukul 06.30 WIB,kemarin.Setelah petugas Dinas Bina Marga dibantu warga menyingkirkan bongkahan longsoran batu dan pohon yang menghalangi jalan, sekitar pukul 09.00 WIB arus lalu lintas kembali normal.
“Saat kejadian arus lalu lintas tidak padat dan tidak melukai pengguna jalan,” kata warga setempat, Ujang Dalu,43. Kepala BPBD Kabupaten Cianjur Asep Ahmad Suhara mengimbau seluruh camat selalu waspada dan menggerakkan aparat linmas di setiap desa agar waspada longsor dan banjir. “Penanganan yang cepat terhadap longsor di Cadas Hideung ini tidak terlepas informasi cepat dan akurat, sehingga kesiapsiagaan bencana alam di musim penghujan bisa terus ditingkatkan,”katanya.
Di Kabupaten Tasikmalaya, tercatat sejak dua bulan lalu sebanyak 43 kejadian longsor di berbagai daerah dengan skala kecil hingga besar.Meski tidak menimbulkan korban jiwa, longsor berakibat kerugian material yang cukup besar. BPBD Kabupaten Tasikmalaya mencatat kerugian longsor mencapai Rp200 juta baik kerusakan rumah warga, lahan pertanian, dan saluran irigasi yang rusak. Longsor itu menimpa beberapa kecamatan seperti Salawu, Bojonggambir, Cigalontang, Taraju, dan Sodonghilir.
“Kami mempunyai alokasi dana tanggap bencana dan kepentingan lainnya dari APBD sebesar Rp725 juta,sedangkan kerugian bencana pada dua bulan terakhir rata-rata Rp6-20 juta.Dana itu masih kurang,tapi mudah-mudahan dari Pemprov Jabar dan APBN membantu jika bencana terjadi,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Tasikmalaya Kundang Sodikin. Sementara itu,sejumlah penyakit mengintai warga pascabanjir.
“ Dikhawatirkan timbulnya penyakit diare, batuk, dan pilek. Selain itu, ancaman penyakit kulit dan leptospirosis,” kata dokter anak RS Melinda dr Tetty Yuniati.Menurutnya, lingkungan yang kotor menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, apalagi saat kekebalan tubuh menurun.Anak-anak juga rentan terkena penyakit tangan,kaki,dan mulut. agung bakti sarasa/ ricky susan/ nanang kuswara/ masita ulfah/ iwa ahmad sugriwa
Sumber:seputar-indonesia.com