Trotoar di sepanjang Jalan Raya Dramaga tepatnya di depan BNI dan sepanjang jalan pertigaan kampus IPB yang awalnya berfungsi untuk pejalan kaki, kini berubah menjadi tempat berjualan.
Hal ini, membuat warga harus berjalan kaki di badan jalan utama sehingga arus lalu lintas semrawut. Rafi (23) mengaku kesal ketika melewati trotoar terutama setiap hari Minggu.
Ia mengatakan, jalan menjadi sempit kadang bertabrakan dengan mobil. “Trotoar dipakai untuk berdagang, pejalan kaki jadi ke tengah jalan,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.
Hal senada diungkapkan Rahmat (30). Ia mengaku, anak pertamanya sempat tercebur ke dalam selokan karena tak ada tempat berjalan di trotoar.
Sementara itu, salah satu pedagang, Ung (41) mengaku, lebih senang berjualan di trotoar karena lebih banyak pembeli yang datang dibandingkan di dalam areal taman IPB.
Menurut dia, tidak masalah apabila harus membayar uang karena hanya satu minggu sekali. Bahkan, ia mengklain sudah mendapat izin dan membayar uang retribusi sebesar Rp3.000. “Setiap pedagang di sini sama harus membayar kepada petugas,” ujar penjual bubur ayam itu.
Hal yang sama diucapkan pedagang lainnya, Ade (29) mengatakan, apabila berjualan di dalam lebih sulit untuk membawa sepeda sehingga ia lebih memilih untuk berjualan di pinggir jalan.
Ia mengaku, telah membayar agar dapat berjualan di pinggir jalan. “Saya di sini harus membayar Rp2.000,” ujar penjual susu sapi itu.
Menanggapi masalah ini, Camat Dramaga, Arom Rusmandar mengatakan, sudah sering melakukan penertiban namun para pedagang selalu kembali.
Ia menambahkan, para pedagang merupakan musiman yang hanya datang satu minggu sekali. “Akan dilakukan penataan agar lebih tertib,” katanya kepada Radar Bogor.(cr5)
sumber : radar-bogor.co.id